Jumat, 24 Januari 2014

Abaikan :)

Hidup ibarat Roda. Ada kalanya kita bersusah payah berada dibawah, merasakan panasnya jalanan, merasakan sakitnya tertusuk duri, namun ada kalanya kita diatas merasakan kehangatan mentari. Yah, memang begitulah hidup. Kita yang jalani hidup, semua sudah ada suratan masing-masing dari sang Pencipta. Kita tinggal ikuti alur mana yang akan kita pilih, yang pada dasarnya nanti akan bermuara pada satu hal. Kematian.
*Nikmati arusnya :)














Terkadang, orang lain tak mengerti apa yang kita rasakan. karena ada beberapa hal yang ketika menurut kita itu adalah hal biasa, menurut mereka adalah hal yang luar biasa atau bahkan sebaliknya. Yah, usiaku memang sudah lebih dari 18 tahun, permasalahan perlahan mulai menghampiriku satu persatu. Mulai dari masalah pribadi, kantor, teman, hingga masalah cinta. Banyak dari mereka (Baca : Teman dan orang-orang sekitaku) silih berganti memberiku motivasi dan arahan-arahan. Tapi aku juga manusia yang bisa berfikir mana yang baik dan amana yang buruk. Saya bercerita *bahasa kerennya curhat* sama temen itu ya buat sekedar share aja, biar bebanku berkurang, tapi terkadang curhat itu nggak ngurangi masalah malah nambah masalah *yawn -_- ini yang aku bete-in* 

Abaikan mereka yang hanya merusak senyum manismu pagi ini
Abaikan mereka yang hanya ingin mencoret mimpi-mimpimu
Abaikan mereka yang hanya iri terhadap kebaikanmu
Abaikan mereka yang hanya numpang untuk menoreh luka
Abaikan dan Abaikan

Lets Smile for today yun :)
I can be fight from yesterday 
Be fight !
Be Right !
*KakVa*


Kamis, 23 Januari 2014

Kamis Manis

Ceileh kemaren baru mosting tulisan Monday, sekarang udah hari kamis aja nih XD XD
Yeeyy coretan kamis manis untuk si manis dari mba manis :3 *apa ini
Udah tanggal 23 Januari aja nih hehe tinggal satu minggu lagi menuju tanggal 1 Februari 2014. Yeah, semoga plan ku dari minggu lalu terlaksana ya. Pengen liburan dijogja satu hari satu malam. Berangkat Sabtu pagi pulangnya minggu pagi. Pengen muter jogja, pngen ngrasain midnight an perdana di jogja, yaa semoga bisa sama someone special tapi kayaknya belum bisa deh, maklum single *nah 
Tapi bukan berarti ga bisa seneng-seneng kan ?? Masih ada temen-temen yang mau nemenin *ah yuni mah bisanya menghibur diri* Temen-temen pasti pada sibuk sama pasangan dan kesibukan masing-masing

Pokonya kudu, harus, musti, wajib 'ain, gaboleh ga, kudu bisa midnight an di Jogja. Foto di titik 0 Jogja, Muter Malioboro, Alun-alun. Wes kabeh deh XD XD
Jogja memang kota yang selalu bisa bikin aku jatuh cinta lagi dan lagi, biarlah orang-orang mau berkata Jogja tuh ga sebaik dan sebagus yang kamu ceritakan yun, setidaknya Jogja juga tidak seburuk yang kalian fikirkan. Banyak hal dari Jogja yang bikin Hatiku nyaman, Tempatnya, suasananya, orang-orangnya, dan semoga pula saya kelak bisa berjodoh dengan kota Budaya dan kota pelajar ini dengan tinggal dan menetap disana bersama keluarga kecilku :)

*Sekilas penampakan kota Jogja :D















#Pagi ;)

Rabu, 22 Januari 2014

Pertemuan Singkat =))


*pertemuan singkat tapi tetap memikat :D*













Pertemuan pertama memang kebanyakan dari kita menganggapnya moment yang special, bahkan amat sangat special hingga sebelum pertemuan itu maybe sebagian besar dari kita mempersiapkannya jauh-jauh hari dan diusahakan tampil cantik ataupun ganteng. Tapi kok saya enggak ya hehe Ya, karena memang aku mau apa adanya aja sih tanpa harus berubah menjadi orang lain. Pertemuan pertama aku ya biasa aja tanpa harus ber-make up ria seperti gadis pada umumnya :v *nah terus maksudnya saya bukan gadis gitu ?? -_- *  tau nggak kenapa aku lakukan itu ?? Karena aku gabisa dandan wkwk Belum bisa pakai eyeliner dan sebangsanya itu :p

Pertemuan pertama, hmm pasti ya diawali dengan jabat tangan dan saling sebutkan nama. Entah kenapa, 2 kali berjabat tangan dengan lelaki ditempat yang sama (Baca:Jogja) rasanya kok ada "something different". Entah karena sugesti dalam diri saya yang memandang bahwa Jogja itu Kota Istimewa atau memang pertemuannya yang istimewa *apaseh -_-* Berusaha tampil biasa aja, cepet nyambung dan cepat berbaur. memang banyak temenku yang bilang aku anaknya seperti itu, yeaah untunglah, bisa sedikit menutupi rasa grogi :3. Tak banyak sih inginku, semoga akan ada pertemuan kedua dan pertemuan-pertemuan selanjutnya biar bisa jadi saudara dan menjadi salah satu alasanku untuk berwira-wiri kejogja hehe.

Udah ye, 2 paragraf aja. ini cuma mau ngluarin isi hati kok :D

Senin, 20 Januari 2014

MONDAY (Move On Day)

Are u ready for Today ?? Yeah, Monday. Hari pertama diawal minggu. rasanya mata enggan untuk dibuka ketika alarm HP ku berbunyi, Harus diterima Hari ini adalah Hari Senin. Kembali berkutat dengan tumpukan kertas-kertas dan desain baju yang belum selesai di produksi. Yeaahh pokoknya Full untuk bersibuk-sibuk ria dengan pena kecilku dan komputer unyu :D 

But, Hari senin itu tak semua kegiatan didalamnya membosankan. Monday, kalo kata om Mario Teguh nih, Monday sama halnya dengan Money Day. Ya itu buat orang-orang yang pernah mengatakan Time is Money :D Nah, kalau versi Jomblowan dan Jomblowati yang sampai saat ini masih bertahan dengan status "single" nya pasti beda lagi mengartikan MONDAY. Yupz, Move On Day. Tau kan Move On ?? Buat para Jomblo sejati pasti tau nih XD XD Yeaah Move On adalah semacam perpindahan, dari yang awalnya menetap kini harus mulai berbenah supaya bisa "stay" ditempat yg lebih baik dan berharap nggak akan ada lagi kata "Move" Ya, itu pula menjadi salah satu wishku saat ini *ceileehh dramatis banget yaa


*pasang 5 cm didepan kening kamu ya mblo :D

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Oke, stop Tak mau terlalu lama terpaku
Galau boleh saja, asal sesuai porsi dan takaran
Sedih boleh saja, asal tau waktu dan aturan
Hay,
Come on
Bukankah kita lebih sering merasa kenyang ketimbang lapar ??
Bukankah kita lebih sering memakai pakaian ketimbang telanjang ??
Bukankah kita lebih sering tertawa ketimbang menangis ??
Hanya satu kekurangan kita, kurang bersyukur :)

Jomblo bukan akhir dari segalanya, justru ini adalah langkah awal menuju pribadi yang lebih baik, pribadi yang akan lebih didekatkan dengan pasangan yang sesuai dengan jiwanya.
Bukankah yang terbaik akan dapat yang terbaik ??
Jangan terlalu menuntut dan menyalahkan diri sendiri, apalagi Penciptamu.
Bukankah semua sudah ditulis dalam Lauhul Mahfuzh tentang Mati, hidup, rezeki dan jodohmu.

So, terus perbaiki diri menjadi pribadi yang baik, Lebih dekatkan diri dengan pemilik hati karena Dia lah yang lebih tahu siapa yang pantas untuk kita Cintai dan kasihi :)

#SemangatPagi
#KakVa ;)

Sabtu, 18 Januari 2014

Sebatang Coklat :’)



Coklat, bentuknya kecil, manis dan aku menyukainya :D Terkadang suka iri pas jalan sama temen ditaman, ngeliat pasangan muda duduk berdampingan, si cowok mulai merogoh sakunya mengambil sebatang coklat untuk si cewek. Ahh betapa bahagianya. Terkadang hampir beberapa menit kuperhatikan mereka, ahh andai saja itu aku. Tapi sudahlah, suatu saat akan ada waktu yang tepat *fikirku, toh kasih sayang tak selamanya diwujudkan dengan coklat

Coklat pertama bagiku ya lumayan berkesan lah, sama halnya dengan cinta pertama :D Butuh waktu bertahun-tahun untuk Move on, Kalo coklat, butuh waktu berhari-hari untuk berfikir memakannya XD XD *inimah yuni yg alay :D Apalagi coklatnya tradisional banget, kalian ga nemu di Indomart atau Alfamart. Nah, kan semakin eman-eman kalo mau dimakan hehe 

Ya, coklat perdana walau bukan dari seorang Pasangan :'( But, It's Something from Someone, cukup Awesome untuk dibikin sebuah coretan ini :D

Mau liat nggak penampakan coklatnya kayak apa ??
nihh 
v
v
*titik 0 Jogja :D




 















 "Semoga akan masih ada coklat-coklat selanjutnya :) . . . " 
 "Iya, semoga . . . "

Selasa, 14 Januari 2014

Tulisan perdanaku

     Tiba dihari pengumuman beasiswa ke Universitas Munchen Di Jerman. Maharani Pertiwi, salah satu nama yang tercantum dipapan pengumuman yang mendapat beasiswa tersebut. Perasaan senang, bahagia, haru sekaligus sedih menyeimuti hati Maha. Perjuangan dan kerja keras orang tuanya selama ini terbayar sudah.  Secepat kilat Maha mengambil hape didalam tas nya dan mulai mengetik sms untuk seseorang.
“Za, bisa jemput aku sekarang disekolah ? Ada hal yang mau aku omongin :).”
Message sent to Eza !
Tak lama kemudian hape Maha berbunyi.
1 message received from Eza !
“Oke , tunggu 15 menit."
     Maharani Pertiwi, nama seorang gadis kecil dengan semangat juang dan berjuta harapan dibenaknya. Maha, begitu panggilan akrabnya disekolah maupun dirumah. Gadis berperawakan tak terlalu tinggi hanya 150cm, berkulit kuning langsat dengan dua lesung pipit yang semakin menambah manis wajahnya. Selalu berjilbab kemanapun ia pergi yang semakin menambah anggun gadis ini.
     Maha berjalan gontai menuju gerbang sekolahnya, suasana tampak masih ramai karena memang sebagian besar siswa masih menunggu pengumuman beasiswa tersebut. Sepanjang jalan menuju gerbang, banyak teman-teman Maha yang memberikan seamat padanya. Maha memang sudah banyak dikenal disekolah, selain aktif dikelas ia juga aktif di OSIS. Dia juga terpilih menjadi ketua OSIS tahun lalu ketika ia duduk dibangku kelas 2. Selama perjalanan menuju gerbang sekolah tak henti-hentinya Maha mengucap rasa syukur, namun disisi lain ia juga berat meninggalkan Eza, pacar sekaligus salah satu motivator dalam hidupnya. Setibanya Maha didepan, ternyata Eza sudah menunggu disana dengan motor Vixion kesayangannya. Eza, laki-laki dengan tinggi hampir 170cm. Anak dari salah satu pengusaha yang masuk jajaran top 10 orang kaya dikota Surakarta. Mahasiswa Tehnik Pertanian UGM tahun 2008/2009 ini gemar memakai kacamata, selain karena memang matanya yang minus juga karena biar lebih berkharisma, ujar Eza dulu ketika pertama kali Maha bertanya alasan memakai kacamata.
     Tak mau menunggu lebih lama, Maha pun segera pergi pulang bersama Eza. Selama diperjalanan Maha tetap memkirkan Eza, walaupun saat itu Eza sedang bersama dirinya. Maha yang biasanya terlihat ceria dan senyuman manis yang tak pernah lepas dari bibirnya mendadak menjadi pendiam. Eza pun menyadari perubahan dari diri Maha. Setibanya dirumah Maha, Maha mengajak Eza masuk kerumah untuk membicarakan beasiswanya.
“Duduk dulu Za, mau minum apa ?” tanya Maha kepada Eza.
“Hemm air putih aja dehh, buruan ya haus nih tadi buru-buru juga waktu jemput kamu :D.” Jawab Eza sembari mencoba membuat Maha tersenyum.
“Iya-iya, tunggu sebentar.” Jawab Maha sambil berlalu menuju dapur dan meninggalkan Eza diruang tamu.
5 menit berselang, Maha datang dengan membawa 2 gelas air putih untuk Eza dan dirinya.
“Nih Za, maaf ya Cuma air putih.” Tutur Maha
“No problem hunny :D” Jawab Eza sambil meneguk minuman. “Ohh yya katanya tadi mau ngomong, sok atuh neng ngomong naon ??” Eza mencoba memulai percakapan
“Ini Za.” Jawab Maha sambil menyodorkan amplop berisi hasil pengumuman beasiswa ke Jerman.
*hening sejenak*
“Bagus dong, bukankah ini yang selama ini kamu inginkan ? kenapa kamu malah terlihat sedih Maha ??” Tutur Eza dengan senyuman khasnya.
Maha tak menjawab, hanya menatap dalam kemata Eza.
“Aku nggak papa, aku janji aku bakal nungguin kamu Maha. 2 tahun kamu fokus kuliah di Jerman dan aku fokus study ku disini. Maha, raih impian kamu, jangan jadikan aku sebagai penghambatmu menggapai asamu, namun jadikan aku ini (Eza mencoba meraih tangan Maha, menggenggam nya lembut untuk semakin meyakinkan maha) sebagai batu loncatan mu menuju harapan dan impianmu selama ini. Ini kesempatan emasm, jangan ragu mengambil keputusan Maha J. Disini tertulis keberangkatanmu tanggal 10 Februari. ” Tutur Eza penjang lebar
“Iya Za, makasih atas segalanya. You’re the best for me :). Iyya Za, 2 hari lagi aku udah berangkat.”
“Masih ada waktu untuk kita. Nanti sore aku jemput ya ada yang pengen aku tunjukkin sama kamu.”
“Kita mau kemana Za ??” tanya Maha penasaran
“Nanti juga bakal tau.” Jawab Eza yang sengaja ingin membuat Maha penasaran
“Nggak berubah-berubah ya kamu, tetep aja jail padahal baru saja hatiku tenang ehh sekarang udah dibuat penasaran lagi.” Celetuk Maha yang agak kesal dengan tingkah Eza yang satu ini
“Sudahlah, nanti juga tau. Yaudah aku pulang dulu, masih ada job kuliah dirumah. Kamu istirahat dulu saja, persiapkan dirimu untuk nanti sore.” Ujar Eza sembari bersiap-siap untuk pulang
“Iya, kamu hati-hati dijalan Za.”
“Okedehh, sampai ketemu nanti sore.”
     Tak butuh waktu lama. Eza pun sudah pergi menjauh dari rumah Maha. Maha pun segera beranjak menuju istana kesayangannya dan mulai meraih Buku Diary diatas meja belajarnya. Pena nya pun mulai menari-nari diatas kertas kecil itu. Meluapkan segala yang Maha rasakan kedalam tulisan nya, menceritakan sedetail apa kejadian hari itu. Butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikan tulisannya, hampir setengah jam ia mencorat-coret dan akhirnya Finish juga. Kini Maha mulai menerka-nerka tempat apa yang akan Eza tunjukkan untuknya nanti sore.
     *kring kring kring kring* Lamunan Maha buyar ketika sahabat karibnya menelfon. Namanya Riyan, dia sahabat Maha sejak kecil, mereka selalu bersekolah ditempat yang sama. Hingga suatu saat ayah Riyan harus pindah tugas di Kediri Jawa Timur dan mau tidak mau Riyan juga ikut ayahnya, walapu terpisah jarak, ruang dan waktu mereka tetap menyempatkan waktu untuk memberi kabar setiap harinya. Bahkan tagihan pulsa dirumah Riyan terkadang membengkak gara-gara kelamaan menelfon Maha.
     Dalam percakapan telefon dengan Riyan Maha menceritakan mengenai beasiswanya study ke Jerman, seperti halnya Eza, Riyan mendukung 100%. Rencananya Riyan juga akan pergi ke Surakarta besok, sekalian liburan ujar Riyan. Dengan senang hati Maha menyambut kabar baik dari Riyan. Telfon pun terputus karena Riyan harus membantu mengurus keponakan barunya. Anak dari kakak perempuannya yang menikah tahun lalu, namun sayang Maha tak bisa hadir dalam pernikahan kakak sahabatnya itu karena pada waktu yang bersamaan ia tengah ikut Olimpiade Matematika tingkat nasional.
     Siang berganti menjadi sore yang cerah. Maha yang dari 1 jam yang lalu telah bersiap-siap, kini Eza pun sudah datang dengan gaya nya yang khas. Selama perjalanan dihiasi canda dan tawa dari keduanya. Setelah satu jam perjalanan akhirnya sampai juga disebuah bukit, bukit yang jauh dari keramaian kota dan sepertinya belum banyak yang tau mengenai keberadaan bukit tersebut. Diatas bukit telah tersedia kursi dan meja sederhana dengan lilin kecil ditengah meja. Maha pun turun dari motor, ia lebih memilih duduk diantara rerumputan daripada duduk diatas kursi yang telah Eza siapkan khusus untuknya.

“Maha, gimana tempatnya bagus nggak ??” Tanya Eza dengan wajah yang berbinar
“Bagus banget Za.” Jawab Maha yang tetap fokus dengan pemandangan disekitar bukit
“Kalo sudah malam akan lebih indah Maha. Bintang-bintang akan terlihat sangat dekat dengan kita, sinar bulan juga seakan menyinari kita secara langsung.”
Maha masih tetap memandangi pemandangan sekitar, hanya anggukan kecil menanggapi pernyataan Eza barusan.
“Maha, kalo seandainya aku pergi jauuuuhhhhhh keatas sana, apa yang kamu lakuin pertama kali ??” Tanya Eza kepada Maha yang langsung menarik perhatian Maha
“Yo yang pasti aku mau kamu ambilin satu bintang untukku, bintang yang selalu bersinar untukku setiap hari :D, menyinari hari-hariku ketika aku merasa kegelapan, menyinari hari-hariku ketika lampu sedang padam :D. Aneh-aneh aja pertanyaan mu Za, udah ahh langitnya indah tuhh jangan ngeganggu aku dulu.” Jawab Maha dengan nada centil
Eza hanya menanggapinya dengan senyuman manis.

2 Jam berlalu begitu cepat.
“Maha, masih betah yya berlama-lama disini ?? sudah malam nih, pulang yuk nggak baik juga udara malam untuk kesehatanmu.” Ajak Eza
“Tapi Za, aku masih pengen disini.” Jawab Maha dengan nada merengek
“Kapan-kapan kesini lagi, ini sudah malam nanti kamu dicariin sama orang tuamu.”
“Iya deh iya, ayo pulang.”

Keesokan harinya Eza harus kembali kuliah di Jogja, ia berangkat pagi-pagi sekali. Sebelum berangkat ia sempatkan mengetik sms untuk Maha.
Maha, aku ada jadwal kuliah hari ini. Nanti aku akan segera pulang jika sudah selesai, nanti malam tunggu aku dirumah. Kita jalan J
Always Loving You Maha :D

1 Message received from Maha.
Oke Za, aku tunggu ya :) Hati-hati dijalan.
Seharian Maha telah menyiapkan barang-barang yang akan ia Jerman. Tak terlalu banyak, kopernya pun masih banyak tersisa ruang longgar. Detik berganti menjadi menit, menitpun berubah menjadi jam. Waktu telah menunjukkan pukul 19.00 namun Eza tak kunjung memberi kabar hal ini membuat Maha semakin khawatir akan keselamatan Eza. Perasaannya pun mendadak menjadi tidak enak. Puluhan menit ia hanya  ondar mandir didepan rumah menunggu kabar dari Eza. Tak lama kemudian hape Maha berbunyi.
“Maha, ini tante ririn. Maha, Eza, Eza sekarang dirumah sakit. Dia kecelakaan sewaktu pulang dari jogja, dia buru-buru untuk segera pulang. Motor yang ia kendarai menabrak truk sekarang Eza sedang kritis. Dia dirawat di RS Dr. Oen Solo.”
Maha hanya diam menahan tangis dan air matanya.
“Maha, kamu masih disitu. Maha, kamu masih disitu kan ??” ucap tante ririn dengan suara yang semakin parau dan penuh duka
Hape Maha terjatuh dan terlempar entah kemana.
Maha pun tak bisa berkata-kata, hatinya hancur, badannya bergetar hebat, air matanya tak terbendung lagi, rasanya ia tak kuat untuk berdiri, kepalanya seakan dihantam puluhan kali, berat rasanya, semakin lama semakin berat dan tiba-tiba berubah menjadi gelap.

Eza, kenapa kamu tampak pucat ?? Tak seperti biasanya ?? apa kamu sakit ?? beberapa pertanyaan Maha ajukan untuk Eza, namun Eza tetap diam hanya tersenyum kecil.
Belum sempat Maha mendekati Eza, tiba-tiba kabut putih menyelimuti dan Eza hilang entah kemana. Berkali-kali Maha mencari Eza kesana kemari namun hasilnya Nihil, dia hanya menemui tempat yang kosong tanpa penghuni disekitarnya.

     Suasana disekitar tampak ramai, banyak keluarga yang berkumpul. Terdengar pula suara Riyan yang tampaknya baru datang dari kediri.
“Kamu sudah sadar nduk ??” tanya ibu kepada Maha
“Ada apa ini bu kok banyak sekali orang ?? “Kenapa Pak Adit sudah ada disini pagi-pagi begini ??” Maha berbalik bertanya dengan pertanyaan bertubi-tubi
“Maha, keberangkatan mu ke Jerman ditunda sampai nanti sore jam 14.00 WIB, bapak sudah konsultasi dengan Pak Kepsek dan beliau mengijinkan khusus untuk kamu. Kamu yang sabar yya, jalan hidupmu masih panjang, jangan menyerah sampai disini, buat Eza bangga walaupun dia tak bisa melihatmu lagi.” Ujar Pak Adit panjang lebar .
Seluruh orang yang ada di ruangan seakan sedang lomba paduan suara, suara tangisan mereka pecah menjadi satu. Otak Maha seakan berhenti berfikir, Maha terus memegangi kepalanya yang bertambah berat lagi mendengar hal itu. Apa maksud dari semua ini ?? Seingat Maha, semalem tante Ririn menelponnya bahwa Eza sedang kritis, terus Pak Adit tadi bilang .... Tidakk !!!!! Hati Maha seakan ingin menjerit sekencang-kencangnya.
”Eza nggak mungkin pergi, Eza harus ngeliat aku Lulus dari Universitas Munchen, Eza belum pergi. Bu, antar aku bertemu Eza sekarang bu ayo bu, Maha pengen ketemu Eza sekarang.” Rengek Maha kepada Ibunya
“Nduk, kamu yang tabah yyo. Eza sudah dimakankan langsung tadi malam, karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk menunggu sampai hari ini, itu pesan dari dokter.” Jawab Ibu Maha dengan nada sedikit melemah
“Sekarang kamu tenang dulu, nanti aku antar kamu kemakam Eza.” ujar Riyan yang mencoba menenangkan hati Maha
Maha pun hanya bisa mengangguk kecil, mengingat keadaan tubuhnya juga belum stabil.
      Rasanya sulit bagi Maha menerima kenyataan pahit ini, sosok yang selama hampir 2 tahun bersamanya, sosok motivator dalam hidupnya kini telah pergi utnuk selamanya disaat hari bahagia Maha. Ditambah lagi dengan Maha tak bisa mengantarkan Eza menuju peristirahatan terakhirnya. Semua ini menambah hati Maha semakin menjerit kesakitan.
     Satu persatu keluarga Maha yang dari tadi pagi berkumpul dirumah Maha kini sudah mulai pulang kerumah masing-masing dan melaksanakan rutinitas seperti biasa walapun belum sepenuhnya. Maha yang sedari tadi terus memandangi berbagai barang yang pernah Eza beri untuk Maha. Teddy bear coklat yang super duper jumbosebagai hadiah ulang tahun Maha yang ke 17, Kalung bertuliskan MahaEza sebagai hadiah satu tahunan hubungan mereka tepat ditanggal 31 Januari, sepatu basket dengan warna abu-abu elegan yang indah sebagai pengganti rasa kecewa Maha ketika tidak diterima masuk Clup Basket disekolahnya krena alasan tinggi badan Maha yang kurang mumpuni, Jilbab berwarna hijau muda sesuai dengan warna kesukaan Maha sebagai hadiah karena Maha mendapat Prestasi yang bagus, Buku Ust Yusuf Mansyur The Miracle of Giving yang pada saat itu menjadi best seller ditoko-toko buku dan yang terakhir adalah Buku Diary dengan warna hijau muda motif batik kesukaan Maha. Hmmm barang-barang ini meninggalkan kenangan tersendiri saat-saat bersama Eza *batin Maha dalam Hati..
“Maha, kamu sudah agak baikan, gimana kalo kita pergi kemakam sekarang ??” Ajak Riyan kepada Maha
“Iya Yan, tapi aku ganti baju dulu.”
10 menit berlalu, Maha pun sudah keluar kamar dengan wajah sedikit membaik daripada tadi. Baju hitam, celana jeans dan kerudung hitam menghiasi badan Maha.

     Maha pergi kemakam Eza bersama Riyan, 30 menit perjalanan dari rumah Maha menuju TPU dimana Eza dimakamkan, langkah kaki Maha semakin lama semakin terasa berat, air mata yang sejak dari tadi ia tahan kini banjir sudah. Tak kuat rasanya Maha melihat orang yang ia sayangi selama ini telah tertimbun tanah berhiaskan bunga diatas nya, rasanya seperti mimpi bagi Maha.  Maha mulai menaburkan bunga diatas peristirahatan terakhir Eza. Mata Maha tetap tertuju pada Batu Nisan Eza Rahardiyanto. Riyan yang sedari tadi memperhatikan Maha, mulai berkaca-kaca ia tau betapa terpukulnya sahabat karibnya ini. Tak tega rasanya ia melihat Maha menangis seperti itu.
     Waktu terus berjalan, 1 jam sudah Maha duduk termenung memandang nisan Eza, hari sudah mulai siang, Riyan mengajak Maha untuk segera pulang dan mempresiapkan keberangkatannya ke Jerman. Hanya dengan anggukan kecil Maha menanggapinya.
Perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada waktu berangkat, entah itu hanya perasaan Maha atau bukan. Terlihat Mobil dari orang tua Eza Tante (Ririn dan Om Andra) terparkir dihalaman depan rumah Maha. Tante Ririn dan Om Andra masih tampak sedih, terlihat dari raut wajah tante Ririn yang biasanya selalu segar dan murah senyum, kini tampak berkerut dan tak ada senyum manis dibibirnya.

“Ayo nduk duduk dulu, Riyan juga silahkan duduk. Tante Ririn sama Om Andra sudah nungguin kamu dari tadi.” Sambut ibu ketika Maha dan Riyan masuk rumah
“Ada apa Om Tante ??” ucap Maha kenapa Tante Ririn dan Om Andra
“Hmm begini Maha, kedatangan Om sama Tante kesini mau memberikan ini (sebuah amplop yang Tante Ririn ambil dari tasnya, amplop kecil yang dihiasi pita berwarna hijau muda kesukaan Maha).”
“Ini apa tante ??” tanya Maha
Itu surat titipan dari Eza buat kamu Maha.” Jawab Tante Ririn
     Air mata Maha kemabli mengucur deras membasahi pipinya, bayang wajah teduh Eza seakan terpampang nyata dalam amplop surat itu. Perlahan Maha membuka isi amplop itu dan mendapayi secarik kertas.

Dear Maha,
            Sayang, aku yakin ketika kamu membaca surat ini, kamu pasti sudah mendapatiku terbaring kaku tertimbun tanah. Tapi Maha, aku disini bahagia. Terimakasih selama hampir 2 tahun telah membuat hidupku semakin berwarna, Terimakasih atas Cinta tulus ini, Aku tau kamu mencintaiku bukan karena harta, begitu pula dengan aku yang mencintaimu tak memandang harta.
            Maha, sekarang adalah hari terakhirmu di Indonesia. Ayo Maha, kejar Impianmu itu, kejar cita-citamu, aku slalu ada disini, dihatimu. Maha, Eza pesen belajar yang giat di Jerman, jangan minder dengan tinggi badanmu ataupun menangis semaleman gara-gara nggak boleh masuk clup basket.. malu ihh udah dewasa Maha :D.
            Maha, Eza mohon jangan tutupi manis senyum dibibirmu dengan air mata. Kepergianku adalah takdir dari sang maha pencipta. Yakinlah Maha, setelah aku nanti akan hadir sosok malaikat yang akan menjadi pelindung untukmu.
            Maha, Eza juga minta maaf selama ini Eza belum bisa menjadi yang terbaik untuk Maha. Tapi percayalah, Maha udah menjadi yang terbaik untuk Eza sampai kapanpun :).

Always Loving You Maha
                                                                                                                        Salam Sayang,
                                                                                                                        Eza Rahardiyanto
     Kata demi kata dalam surat yang ditulis Eza, Maha cermati dan ia pahami. Eza, You’re the best for me, guman Maha dalam hatinya. Setelah selesai membaca, Maha kembali menyimpan surat itu dalam amplop. Tante Ririn dan Om Andra yang sedari tadi memperhatikan Maha, kini mulai berlinangan air mata. Mereka juga merasa kehilangan, sama seperti yang Maha rasakan.
“Maha, kamu nanti siang berangkat ke Jerman kan ??” Tanya Tante Ririn kepada Maha
“Iya Tan, nanti siang sekitar jam 2. Kenapa tante ??” Maha balik bertanya
“Om sama Tante nanti mau ikut ngenterin kamu, boleh kan ?? Oh ya ngomong-ngomong Maha berapa tahun disana ??”
“Iya tan boleh kok. Maha disana 2 tahun tan, setelah selesai Maha akan cepat balik ke Indo”
“Oh ya.. good Luck yya Maha, Om sama Tante disini Cuma bisa berdoa yang terbaik buat kamu, kalo Maha butuh apa-apa jangan sungkan-sungkan untuk minta bantuan sama Om dan Tante :)” Ujar Tante Ririn
“Iya tan, terimakasih.”
“Yasudah, Om dan Tante pulang dulu, nanti kami akan kembali kesini untuk mengantar kamu kebandara.”
“Iya Om, Tan.. hati-hati.”

     Setelah Om Andra dan Tante Ririn pulang, Maha mulai prepare untuk keberangkatannya. Pak Adit sedari tadi sudah menelfon berkali-kali untuk prepare satu jam sebelum keberangkatan. Pakaian, beberapa buku, sepatu, dan buku diary sudah Maha masukkan kedalam kopernya, termasuk surat terakhir dari Eza.
     Dan waktu sudah menunjukkan Pukul 14.00 WIB. Ayah, ibu, Om Andra, Tante Ririn, Pak Adit, Riyan, Pak Kepsek dan beberapa teman Maha ikut mengantarnya kebandara. Hati Maha berdegup gencang, sebentar lagi ia akan meninggalkan keluarganya, sahabatnya, teman-temannya, pergi meninggalakan tanah kelahirannya. Tapi Maha tetap yakin ini adalah jalan yang Tuhan pilihkan untuk Maha.
     Intruksi untuk segera memasuki pesawat sudah terdengar beberapa kali, namun Maha masih belum bisa meninggalkan keluarganya. Hingga terdengar intruksi yang terakhir, Maha baru memasuki pesawat dengan langkah perlahan.

     Setelah perjalanan beberapa jam, akhirnya Maha sampai dikota Munchin, Jerman. Letak kota Universitas dimana ia akan belajar, Universitas Munchen. Hari demi hari Maha lalui dengan santai namun tetap serius dengan study nya. Hari berganti menjadi minngu, minggu pun berubah menjadi bulan, bulan berlalu menjadi tahun. Hingga tiba hari dimana pengumuman kelulusan. Maharani Pertiwi lulus dengan nilai terbaik dan predikat siswa paling aktif di kampus.
     Pulang dari acara wisuda, Maha tampak lelah namun ia tak lupa memberi kabar ayah dan ibunya di Indonesia. Maha mengambil telephone genggam disaku celananya dan muai menelfon Maulana Aris, adik Maha. Maha tak berkata banyak, ia hanya menitip pesan untuk ayah dan ibunya tentang kelulusannya dan kepulangan Maha ke Indonesia 3 hari lagi.
Setelah menelfon Maulan, Maha mulai mengetik sms untuk Riyan.
“Yan, tadi pengumuman kelulusan, dan aku dinyatakan lulus dengan nilai terbaik. 3 hari lagi aku pulang ke Indo.”
Wah.... selamat ya Maha. Oh iya, nanti malam aku telfon, sekarang aku lagi dikampus nggak bisa lama-lama sms an sama kamu. Mahal juga kalo sms banyak-banyak hehe.. see you soon :D ”

     Maha tertawa ringan membaca sms Riyan. Riyan memang anaknya kocak tapi dalam hal intelligence, dia diatas rata-rata. Setelah dia lulus SMP, dia pindah ke kediri dan mendaftar di SMA N1 Ngadiluwih, salah satu SMA favorit dikediri. Karena berkemampuan diatas rata-rata, Riyan masuk menjadi salah satu siswa akslerasi, ia hanya 2 tahun menempuh jenjang sekolah SMA. Hmm Riyan juga sering ikut lomba Fisika antar Kabupaten dan Provinsi dan hasilnya juga dia selalu masuk menjadi Top 3. Hmmm membawa nama baik sekolahan. Riyan telah lulus dari Institut Teknologi Bandung dan kini ia menjadi asistan dosen di UGM.
     Matahari mulai berlalu, berganti dengan indahnya sinar rembulan. Maha duduk termenung memandangi langit. Hmm indah gumannya dalam hati.
*kring kring kring* suara telfon dikamar Maha. Hmm pasti Riyan pikirnya. Segera ia beranjak dari tempat duduknya.
“Ya hallo.”
“Maha ini Riyan.’ Suara Riyan diseberang sana tampak menggebu-gebu
“Semangat amat yan. Ada apa ??” tanya Maha
“Hemm ayahku pindah tugas lagi nih ke Purwokerto. 2 Hari lagi rencananya sudah akan di Purwokerto. Oh yya, aku mau ngenalin kamu sama temen dumayku, namanya Luky Mahardi.”
“Temen dumay ?? kenal dimana ??” tanya Maha
“Aduh neng, namanya juga temen dumay, ya krnalnya didumay lahh.. haha
Kenal di jejaring sosial facebook Maha. Dia orangnya baik, rajin, dari golongan anak berada, pinter dan hemm lumayan cakep sihh tapi lebih cakepan aku.. haha”
“Dasar elu, dari dulu kagak berubah. Iya nanti gampang kalo aku udah sampai di Indo.” Jawab Maha
“Oh iya lupa, dia rumahnya Purwokerto. Rumah dinas ayahku deket sama rumahnya, jadi nanti kita bisa seru-seruan bareng gitu kalo lagi ada waktu luang. Hehe” tambah Riyan
“Iya-iya bawel.. nanti kalo pulang bisa jemput aku kan yan ??” Maha balik bertanya
“Iya pasti aku jemput, sekalian nanti aku bawa si Luky kehadapanmu haha. Ehh udahan yo, nanti tagihan telepon melunjak tinggi kena omelan nyokap hehe.. don’t miss me Maha byeee”
*Tut Tut Tut* belum sempat Maha mengiyakan perkataan Riyan, Riyan sudah menutup telfonnya.

            2 Hari berlalu begitu cepat, tiba waktunya bagi Maha untuk pulang, kembali ke tanah air tercinta. Melepas kerinduan kepada keluarga dan kerabatnya. Setelah dirasa semua sudah siap, Maha berangkat ke Bandara Munich MUC, hanya 0,1 km dari kota Munchin. Beberapa teman Maha ikut mengantarkan Maha, beberapa guru Maha juga tampak ikut mengantarkan Maha.
     Dalam perjalanan, Maha habiskan waktu untuk membaca buku karya Ustad Yusuf Mansyur Mencari Tuhan yang Hilang. Buku hadiah dari salah seorang Guru Maha dijerman yang ternyata Rektor di ITB. Lembar per lembar halaman buku itu Maha cermati. Banyak motivasi dan juga inspirasi. Betapa penting Tuhan dalam kehipuan kita, Dia dapat melakukan apa yang belum pernah terlintas dalam pikiran kita. Dan Maha amat sangat bersyukur, karena Tuhan lah ia sekarang telah lulus kuliah. Sekarang Eza pati sedang berada di surga-Nya. Mendadak Maha berhenti membaca dan mulai menutup bukunya, sejenak terbersit bayangan Eza Rahardiyanto. Maha tak ingin kembali terlarut dalam kenangan akan Eza, ia pun memutuskan untuk tidur dalam sisa perjalanannya.
     Maha terbangun setelah mendengar intruksi dari salah seorang Pramugari bahwa pesawat akan mendarat 10 menit lagi. Maha mulai mengumpulakan kembali tenaganya setelah tidur berjam-jam dalam pesawat. Keluar dari pesawat, sudah tampak sosok Riyan yang menunggu disana. Riyan masih belum mengalami perubahan yang signifikan, hanya saja kini ia mulai berpenampilan lebih dewasa dari sebelum-sebelumnya. Dan laki-laki yang ada disamping Riyan itu. Sosok laki-laki dengan tinggi kira-kira 170cm memakai baju kotak-kotak warna hitam putih, celana jeans, sepatu warna coklat dan kacamata, hmm mirip sekali dengan Eza guman Maha dalam hati. Namun ia segera menepis prasangka itu jauh-jauh dari hatinya.

“Hai Maha. Udah satu jam lebih nungguin kamu. Capek tauk.” Keluh Riyan dengan mimik muka sok sedih. “Oh iya Maha, kenalkan ini Luky biasa dipanggil Uky. Dan Uky ini Maharani biasa dipanggil Maha. Uky dan Maha pun mulai berjabat tangan
“Maha, Uky ini Mahasiswa jurusan Tehnik Pertanian di UGM, sekarang dia sudah semester 7, sebentar lagi skripsi.” Terang Riyan panjang lebar
Deg, tiba-tiba jantung Maha seperti berhenti berdetak. Mahasiswa Tehnik Pertanian, Gayanya, caranya menatap kedalam mata Maha, sama persis dengan Eza. ya Tuhan inikah bintang yang Engkau kirimkan untukku. Guman Maha dalam hati.
“Ehh kok malah bengong sih Maha ?? Ehh Ky, ngomong apa gitu kek, jangan diem aja.” Ucap Riyan sembari menyikut lengan Uky
“Gimana kalo kita langsung pulang aja, keburu gelap nih.” Ajak Uky
“Yaudah ayo deh.” Jawab Maha

     Setelah mengantar Maha pulang, Riyan dan Uky segera pamit dengan Pakde Ahmad dan Bude Rini (begitu panggilan akrap Riyan kepada ayah dan ibu Maha). Riyan juga bilang kepada Maha bahwa ia harus segera kembali ke Jogja karena ada job yang harus ia selesaikan malam ini juga. Ternyata Riyan dan Uky tengah membuat surat pengajuan, agar Maha dapat mengajar di UGM, dan hasilnya pun cukup membuat Riyan dan Uky tersenyum puas. Surat yang mereka ajukan diterima, dan Maha sudah bisa mulai mengajar lusa nanti.
     Segera Riyan memberi kabar kepada Maha, betapa terkejutnya Maha mendengar hal itu. Maha tak pernah menyangka sahabatnya itu akan berbuat sedemikian rupa, kini salah satu impian Maha kembali tercapai. Menjadi Dosen di UGM, Universitas terbaik di Indonesia. Tak mau mengulur-ngulur waktu, Maha pun segera memepersiapkan keberangkatannya esok pagi.
     *Tin Tin Tin* terdengar suara klakson mobil dihalaman rumah Maha, itu pasti Riyan pikit Maha.
“Pagi Bude Rini. Mahanya apa sudah siap bude ??” Tanya Riyan
“Oh sudah le, sebentar bude panggilkan dulu. Ayo mari duduk dulu.” Sambut Bude Rini

Ibu Rini berjalan menuju kamar Maha.
“Nduk, sudah ditunggu nak Riyan diluar. Jangan lama-lama yo.” Perintah Bu Rini
“Iya Bu, sebentar lagi Maha keluar.” Sahut Maha
            
     5 Menit berlalu, Maha sudah keluar membawa koper berisi pakaian dan perlengkapan hidupnya.
“Bu, Maha pamit dulu. Do’akan Maha ya Bu.” Pinta Maha
“Iya nduk, tanpa kamu minta pun Ibu selalu berdo’a yang terbaik untukmu.” Jawab Bu Rini
“Bude, saya pamot dulu. Tenang Bude, Maha aman kok sama saya. Hehe salam juga untuk Pakde Ahmad ya Bude.” Ujar Riyan kepada Bu Rini
“Iyo Le, Bude titip Maha ya. Kalo dia bandel jewer saja kupingnya.hehe ” Bu Rini tertawa ringan

        Riyan dan Maha mulai menuju ke Jogja.
“Uky kok tidak ikut Yan ??” Tanya Maha memulai percakapan didalam mobil
“Dia lagi ada makul hari ini, jadi nggak bisa ikut. Kenape neng ?? kangen nih ceritanya ??” Ledek Riyan
“Idih enak aja, orang baru kenal kemarin udah maen kangen-kangenan aja.” Bantah Maha
“Iya-iya, kenapa tuh muka jadi merah gitu neng ?? haha ketahuan dehh mulai ada rasa.” Lagi-lagi Riyan meledek Maha
“Ihh apaan sih Yan kamu ini ada-ada aja.” Jawa Maha Bete
“Haha iya deh maaf, udah ahh nggak usah cemberut gitu. Jelek tauk :p.. ehh tapi kasihan lho si Uky, sebulan yang lalu ia ditinggal kawin sama pacarnya.”
“Lhoh kok bisa ??” Tanya Maha dengan nada heran
“Iya, si Uky mah kelamaan buat nglamar tuh cewek. Mereka udah pacaran 1,5 tahun, orang tua si cewek pengen cepet-cepet nimang cucu tapi si Uky mau nyelesein kuliahnya dulu. Yah jadi gitu dehh, seminggu setelah itu, si cewek udah menikah sama Pengusaha Rotan terkenal di Purwokerto.” Jelas Riyan panjang lebar
“Ohh gitu.. kok ada ya jaman sekarang orang kayak gitu.” Ucap Maha
“Ya mana ku tau, tuh buktinya ada. Haha”
“Oh iya, si Uky pake kacamat itu buat fantasi atau memang matanya bermasalah ??” Tanya Maha
“Mata dia minus, yang kiri Minus 1,25 yang kanan minus 1,75. Maklumlah dia kan anak rajin sama rajinnya kayak aku. Hahah” Tutur Riyan
“Aihh .. kok bisa beda gitu minus nya ??” Hmm mungkin ini salah satu keajaiban Tuhan, pikir Maha ngasal.
“Yah, mana aku tau. Emang aku emaknya. Hahah “ Riyan kembali tertawa ringan
“Ihh elu Yan....” Maha mulai kesal dan memilih untuk diam dan tak bertanya lagi

      2 jam perjalanan dari Surakarta menuju Jogja berjalan lancar tanpa hambatan. Kini Riyan dan Maha sudah sampai disebuah Rumah peninggalan Nenek Uky, daripada harus menyewa kos-kos an Uky dan Riyan memilih untuk merawat Rumah itu yang ditinggal pergi nenek Uky 3 bulan yang lalu.
     Riyan mengajak Maha masuk kerumah,terlihat Uky baru saja pulang kuliah dan langsung berkutat dengan leptop kesayangannya, maklumlah dia sebentar lagi skripsi.
“Hay Maha, maaf ya aku tidak bisa ikut menjemputmu, hari ini ada makul.” Lontar Uky dengan nada agak kecewa
“Iya gpp Ky, lagian si Riyan juga bisa nyetir sendiri.” Jawab Maha
‘Iya deh. Oh iya maaf juga belum sempet membuatkan makanan, baru pulang kuliah nihh.. hehe” Uky tertawa kecil
“Biar aku saja yang masak Ky, kamu lanjut dengan skripsimu saja.” Ujar Maha
Uky hanya membalas dengan senyuman kecil dan mulai fokus lagi dengan leptopnya.

      Hari demi hari Maha lalui diJogja dengan Riyan dan Uky. Uky, seorang pendatang baru dalam hidup Maha yang mulai menarik perhatian Maha, mulai menyita ruang hati Maha, Menyita sebagian waktu otak Maha untuk memikirkan Uky. Sudah hampir satu tahun Maha mengenal Uky. Maha yang dulu mengira Uky adalah jelmaan dari Eza, kini mulai menepis rasa itu. Ia sadar, selama ini mungkin Maha hanya rindu akan sosok seperti Eza dan kedatangan.
     Hari ini Uky wisuda, Mahasiswa Tehnik Pertanian ini Lulus dengan IP yang hampir sempurna, 3,9. Maha dan Riyan melompat kegirangan mendengar hal itu.
      Setelah selesai diwisuda, Uky pamit pulang ke Purwokerto. Ada rasa sedih dihati Maha, namun Maha segera menepis rasa tersebut, ia takut ia akan banyak berharap kepada Uky. Ia sadar saat ini ia tak berhak untuk menahan Uky tetap berada di Jogja.
“Yan, aku pulang dulu ke Purwokerto. Kalo urusanku sudah selesai pasti aku akan segera balik kesini.” Ucap Uky kepada Riyan
“Jangan lama-lama bro, nanti nggak ada yang aku ajak begadang nonton pertandingan sepakbola.” Celetuk Riyan iseng
“Pasti Yan. Maha, aku pamit pulang dulu yaa, jangan kangen sama aku.” Ucap Uky dengan nada meledek
“Yee, pede amat lu kang :p. Udah berangkat sana, nanti ketinggalan kereta lho.” Ujar Maha mencoba menyembunyikan rasa kecewanya
“Iya-iya, pamit dulu ya. Jaga rumah baik-baik, jangan bertengkar. Hahah “ Ucap Uky sambil berlalu keluar Rumah

     Dalam perjalanan pulang, pikiran Uky tetap tertuju pada Maha. Sosok gadis yang selalu hadir dalam mimpinya, ia sudah sedari dulu menyimpan rasa untuk Maha namun tak berani untuk mengungkapkannya karena takut cintanya akan ditolak Maha. Banyak mahasiswi yang tertarik pada Uky, namun tak satupun yang mampu menggetarkan hati Uky kecuali Maha. Terkadang ketika bercakap-cakap dengan Maha, Uky melihat ada rasa Cinta dimata Maha untuk Uky, tapi Uky masih ragu-ragu mengambil keputusan.
     Memikirkan Maha rasanya baru 2 menit ternyata kereta sudah membawa Uky kestasiun, hmm sudah sampai ternyata guman Uky dalam hati.
      Uky pulang membawa hasil yang cukup memuaskan untuk orang tuanya. Sesampainya dirumah, Uky menceritakan semua kejadian dan perasaannya selama ini terhadap Maha. Uky berniat melamar Maha setelah ia kembali ke Jogja nanti. Orang tua Uky tampaknya tak keberatan mendengar rencana Uky, Mereka yakin akan Pilihan anak bungsunya itu. Bang Obin, begitu panggilan untuk kakak tertua Uky, nampaknya juga setuju dengan rencana Uky, Mbak Rahma, kakak perempuan Uky yang sedaritadi sibuk mengurus anak keduanya juga nampak sangat bahaga mendengar rencana adik satu-satunya itu.
     Restu keluarga sudah ditangan, kini tinggal berbicara dengan Maha. Pikir Uky dalam hati. Uky meraih telfon genggamnya yang berada diatas kasur, dan mulai mengetik sms untuk Maha.
“Maha, besok aku sudah kembali ke Jogja. Ada hal yang pengen aku omongin sama kamu, luangin waktu sebentar ya buat aku.”
”Wegaaahhhhhhh.... hehe just kidd.. satu jam 100 ribu yyo :D.”
“Iyo wes gampang sesok :D.”

     Hari ini Uky berangkat lagi ke Jogja, dengan hati yang lebih dari rasa bahagia. Perjalanan kereta nampak sangat cepat dari biasanya. Kini Uky sudah sampai dirumah, tampak Maha sedang duduk didepan televisi dan tengah asyik membaca buku dengan baju hijau muda, jilbab segiempat yang semakin membuatnya terlihat manis dimata Uky.
“Serius amat neng.” Tegur Uky kepada Maha
“Ehh Uky, kapan dateng ??” kok ga pake salam sih ??” Tanya Maha kaget dengan kehadiran Uky secara tiba-tiba
“Situnya serius membaca, nggak enak kalo mau ganggu. Hehe.. pergi sekarang yuk.nanti keburu sore kalo kelamaan.” Pinta Uky
“Memang kita mau pergi kemana Ky ?? Tumben ngajakin pergi.” Tanya Maha heran
“Wess rasah bawel.. ayo mangkat.. motornya Riyan ada di Garasi kan ??” Tanya Uky
“Iya ada, dia sekarang masih tidur. Kecapekan mungkin semalem begadang sampe pagi nyelesein tugas.” Jelas Maha kepada Uky
“Iya deh biarin aja dia tidur, yuk berangkat.” Ajak Uky

     Uky dan Maha langsung menuju Garasi dan  mulai menembus keramaian kota Jogja sore itu. Motor Uky berhenti disalah satu toko perhiasan.
“Kita mau beli perhiasan ky ??” Tanya Maha
“Iya, yuk buruan nanti kamu yang pilihin yo.” Jawab Uky
“Pilih apa ?? Aku nggak pandai dalam memilih perhiasan Ky.” Keluh Maha
“Udah ayo buruan masuk, nanti aku kasih tau.” Uky mencoba meyakinkan
Maha hanya mengangguk kecil.
“Sekarang kamu pilih cincn yang menurut kamu bagus.” Pinta Uky
‘Cincin ?? Buat siapa Ky ?? Kan selera orang itu beda-beda Ky.” Keluh Maha LAGI
“Hmm makanya aku ajak kamu, aku yakin pilihan kamu itu bagus. Udah buruan pilih yang mana yang kamu suka.”
“Buat siapa Ky ??” Tanya Maha dengan suara agak lemah, binar matanya pun tampak sedikit redup.
‘Udah ahh bawel, buruan pilih yang menurut kamu bagus. Nanti aku tlaktir makan Mie Ayam kesukaan kamu dan Riyan nanti malam tapi.” Uky mencoba merayu

Maha mulai memilih-milih cincin, hatinya berdegup kencang, cincin untuk siapa ini ?? apakah calon istrinya ?? Ahh tidak, siapa tau hanya untuk temannya. Maha mencoba berfikir positif
Setelah melihat-lihat cukup lama. Akhirnya pilihan Maha jatuh pada Cincin Emas dengan motif sederhana, terdapat batu permata berwarna hijau ditengah cincin tersebut.
“Mau ukuran yang berapa mas ??” Tanya penjaga toko kepada Uky
“Maha, mana tanganmu.” Pinta Uky kepada Maha
“Hmmmm sesuai ukuran jari manis ini mbk.” Jawab Uky dengan penuh keyakinan
“Baik mas.” Jawab si penjaga Toko

“Emangnya ukuran jarinya sama to Ky ?? nanti kalo kekecilan gimana ?? jariku kan kecil.” Tanya Maha heran
“Udah gpp, diem ahh jangan bawel Maha.” Jawab Uky mulai geram

     Setelah cincin sudah ditangan,Uky mengajak Maha kesebuah Taman. Taman yang sewaktu itu sudah agak ramai dengan pedagang-pedagang asongan yang terlihat mulai mejajakan dagangannya, terlihat pula pasangan suami istri yang tengah asyik bercengkrama dengan anak mereka.
      Uky memilih tempat duduk didepan air mancur dan kumpulan bunga yang tengah mekar. Uky pun mencoba memulai percakapan dengan raut muka serius.
“Maha,,,”
“Ya Ky, kenapa ??” jawab Maha heran. Tak biasanya Uky memanggilnya seperti ini
“Kamu tau nggak filosofi kenapa Cincin kawin itu dipasang di Jari Manis ??” Tanya Uky dengan nada serius.
“Hmm apa ya ?? mungkin karena Jari Manis, Manisnya akan dikenang sampai akhir hayat. Hehe ngaco.. emang apaan ky ??” Maha berbalik bertanya
“Hmm sekarang coba kamu satukan tangan kamu. Kamu tekuk jari tengah kamu kedalam. Coba kamu lepas Ibu jari kamu ! bisa kan ?? Ibu jari ini diibaratkan sebagai orang tua kita yang suatu saat nanti pasti akan pergi meninggalkan kita. Nah, sekarang coba kamu lepas jari telunjuk kamu !! bisa juga kan ?? jari telunjuk ini ibarat kakak-kakak dan adik-adik kita yang suatu saat juga akan pergi ninggalin kita, mereka pasti akan punya keluarga baru bersama suami dan istri mereka. Dan sekarang, coba kamu lepaskna jare kelingking kamu!! Bisa juga kan ?? jari kelingking ini ibarat anak-anak kita kelak, mereka juga suatu saat kelak akan pergi meninggalkan kita. Meraka juga akan punya kehidupan baru bersama suami dan istri mereka. Yang terkakhir, coba kamu lepas jari manis kamu.. susah bukan ?? bahkan cenderung tak bisa dilepas, jari manis ini ibarat pasangann hidup kita, suami atau istri kita nanti. Dia lah yang nantinya akan menemani kita sampai kita menghembuskan nafas terakhir Maha." Jelas Uky panjang lebar tinggi dan luas hehehe
“Ilmu yang bermanfaat  .. makasih Ky.” Maha tersenyum manis
“Iya sama-sama Maha. Dan kini, aku mau kamu memakai ini dijari manismu.” Uky merogoh saku nya dan mengambil cincin yang tadi ia beli bersama Maha
“Jangan bercanda ihh Ky. Nggak lucu taukk.” Maha mencoba mencari kejelasan dari semua ini
“Maha, apa aku terlihat seperti sedang bercanda??” tanya Uky dengan tatapan yang belum pernah Maha liat seserius itu.
“Tidak.” Jawab Maha tertunduk
“Nah, itu sudah tau.”
“Tapi Ky, kenapa secepat ini??” Tanya Maha heran
“Apa waktu satu tahun kurang untuk kita saling mengenal Maha ??” Uky balik bertanya
“Apa kamu tak mau pacaran atau taarufan dulu Ky ??” Maha kembali bertanya
“Buat apa pacaran kalo hatiku, keluargaku sudah yakin dan setuju sama kamu Maha.” Uky mencoba meyakinkan Maha dengan tatapan yang semakin dalam
Maha hanya diam, tak bisa berkata apa-apa. Hatinya tengah berbunga, rasanya ingin ia berteriak betapa bahagianya dia sekarang.

“Maha, kenapa diam ??”
“Maha, Will you marry me ?? ....
-----------------------THE END-----------------------


*CMIIW (Correct Me If I Wrong) yya
Komentarnya ya guys :)

Minggu, 05 Januari 2014

Coretan kecil :))

*ii heryawan 5 januari 1993

Hari ini hari yang kau tunggu
Bertambah satu tahun usiamu bahagialah kamu
Yang kuberi bukan jam dan cincin
Bukan seikat bunga atau puisi juga kalung hati

Maaf bukannya pelit atau ga mau ngemodal dikit
Yang penting aku beri padamu, doa setulus hati

 Semoga Tuhan melindungi kamu
Serta tercapai semua angan dan dan cita-citamu
Mudah-mudahan diberi umur panjang
Sehat selama-lamanya… Amin

(Selamat Ulang Tahun)
Selamat Ulang Tahun… Happy Birthday…

Happy Birth Day My Hunny Hery :*
5 Januari 1993 s/d 5 Januari 2014
Ciieehh yang udah 21 tahun menghidup udara dunia :) flashback yuk kira-kira apa aja sih yang kamu lakuin didunia ini ?? Udah bisa bikin orang-orang terdekatmu senyum belum ?? kalau belum yukk mulai dari sekarang, mulai dari hal-hal kecil yang kamu bisa. Mulai bikin perubahan-perubahan kecil dalam hidupmu, 21 tahun bukan waktu yang singkat lhohh. mulai untuk merubah kebiasaan begadangmu, bukan untuk orang lain karena itu juga untuk kesehatanmu sendiri. Kebiasaan bangun siangmu, kebiasaan Galaumu, dan mungkin masih banyak kebiasaan-kebiasaan lainnya yang aku gabisa sebutin satu persatu karena itu yang tau diri kamu sendiri bukan orang lain :) . Mulai untuk menata masa depan kamu, daftar harapan-harapan 2013 yang belum tercapai coba tulis lagi di 2014 ini, ikhtiar dan doa adalah jalannya. semangatku hanyalah pengantar kecil suksesmu. Jangan mudah menyerah akan hal apapun.

Tak banyak yang bisa aku lakukan dihari jadimu, doa terbaik dariku untukmu yang bisa kuberikan :)
Semoga saja #Resolusi2014 mu segera tercapai :) aamiin aamiin ya robbal alamin :)


Kamis, 02 Januari 2014

:))




“Seperti daun yang berguguran karena terpaan angin, aku bisa apa . . . .”

Senja sore diufuk barat terlihat megah, namun tak begitu dengan hariku saat ini. Entahlah, bimbang dan gamang. Fikiran yang sedari tadi menerawang jauh ke atas, burung berkicau seakan ikut memberi nasehat kepadaku sore ini. Angin semilir bertiup dari jendela tempatku duduk, ranting pohon disamping rumah melambai-lambai seolah ingin memelukku, ikut merasakan kegamangan hatiku. Ya, bagaimana mungkin aku bisa sesayang ini dengan lelaki yang belum pernah kutemui sama sekali, bahkan dialam mimpi pun aku jga belum bertemu. Alam dimana kita bisa menjadi apa saja yang kita mau tanpa ada satu takdir pun yang menghalanginya.

Kulirik Buku Atlas semasa aku sekolah dasar dulu, sudah usang sih, tapi masih sering kubuka dan kulihat, hanya untuk memastikan kota bandung tak pergi menjauh dari solo *lhah emang bisa menjauh :D Aku menarik nafas panjang, kenapa harus ada puluhan kota diantara kota dimana kita tinggal, kenapa harus ada lautan yang membatasi. Kaki ini sepertinya sudah tak sabar menginjak tanah di bumi Alloh yang katanya indah itu *bukankah semua ciptaan Alloh itu indah, entah itu Bumi, Bulan, Bintang, Matahari, ataupun segala isinya, termasuk kamu :)

Ada kota lain yang berada diantara kota tinggal, sama halnya dengan ada “orang lain” diantara hati kita. Aku tau ini sulit, tapi this is real. Batu karang dilaut itu kuat, kokoh walaupun diterjang ombak, tapi sadarkah ?? dia terkikis setiap ombak datang. Maybe, itu perumpamaan juga cocok untuk aku.